Untuk memahami Teknik Subnetting, baiknya diperhatikan Format Datagram IP berikut ini.
Sumber Gambar : Sukoco, H ( 2008).
Beberapa parameter penting yang harus diperhatikan dalam Teknik Subnetting adalah sebagai berikut :
Time To Live (TTL), Menentukan jumlah host maksimum
yang masih dapat dilalui oleh IP datagram. Ini berfungsi untuk mencegah
adanya infinite loop karena kesalahan routing. TTL merupakan parameter
penting dalam konsep hubungan komunikasi Connectionless.
- Source Address, Nomor alamat IP dari komputer yang mengirimkan datagram.
- Destination Address, Nomor alamat IP dari komputer yang merupakan tujuan akhir datagram.
Fakta bahwa jumlah alamat IPv4 terbatas, sedangkan
penggunaan alamat IP saat ini ‘bombastis’, memotivasi The Internet
Assigned Numbers Authority (IANA) mencadangkan 3 blok ruang alamat IP
berikut ini untuk digunakan sebagai alamat internet private:
- Kelas A : 10.0.0.0 – 10.255.255.255 (10/8 prefix)
- Kelas B : 172.16.0.0 – 172.31.255.255 (172.16/12 prefix)
- Kelas C : 192.168.0.0 – 192.168.255.255 (192.168/16 prefix)
Sebuah Network dapat dibagi menjadi beberapa Sub-Network, dengan seolah melakukan pemindahan “garis pemisah” antara bit-bit network dengan bit-bit host dg mengubah masking. ( Ingat, 32 bit IPv4 terdiri atas bit netid dan bit hostid). Sejumlah bit pada kelompok bit host dialihkan menjadi bit-bit network. Proses ini disebut dengan teknik Subnetting.
Mengapa subnetting? Efisiensi (penghematan) penggunaan IP Address karena keterbatasan ip publik. Terlihat adanya pendelegasian kekuasaan untuk pengaturan IP Address kepada Administrator jaringan lokal. Subnetting juga mengatasi masalah perbedaan hardware
dan topologi fisik jaringa, mencakup masalah Teknologi yang berbeda,
Keterbatasan teknologi, Kongesti pada jaringan dan Hubungan
Point-to-Point.
Teknik Subnetting menggunakan subnetmask. Format subnetmask sama dengan format IP Address ( 32 bit ). Bit-bit IP Address yang dimasking akan dianggap sebagai bit-bit network.Level masking ( operasi AND ) pada umumnya dinyatakan dengan jumlah bit.
Contoh Subnet Mask :
Subnet Mask (Biner)
|
Desimal
|
Hexa
|
Tingkat
|
11111111.11111111.00000000.00000000
|
255.255.0.0
|
FF.FF.00.00
|
16 bit
|
11111111.11111111.11111111.00000000
|
255.255.255.0
|
FF.FF.FF.00
|
24 bit
|
11111111.11111111.11111111.10000000
|
255.255.255.128
|
FF.FF.FF.80
|
25 bit
|
11111111.11111111.11111111.11000000
|
255.255.255.192
|
FF.FF.FF.C0
|
26 bit
|
11111111.11111111.11111111.11100000
|
255.255.255.224
|
FF.FF.FF.E0
|
27 bit
|
SUBNETTING PADA IPv6
Sumber bacaan Asli : http://www.ipbook.info/2007/09/26/ipv6-addressing-subnetting-bab-ii/
Layaknya IPv4, IPv6 juga memenuhi kebutuhan CIDR/VLSM yang
memungkinkan untuk pembagian dan pengalokasian IPv6 menjadi lebih
spesifik untuk di routingkan secara kesatuan.
IPv6 juga memiliki kelas sebagaimana IPv4 diantaranya (Sumber IANA):
– Aggregatable Global Unicast Addresses dengan bit awal 001 (2000::/3)
– Link-Local Unicast dengan bit awal 1111 1110 10 (FE80::/10)
– Site-Local Unicast Addresses dengan bit awal 1111 1110 11 (FEC0::/10)
– Multicast Addresses : dengan bit awal 1111 1111 (FF00::/8)
– ::8 diperuntukkan bagi pengalamatan yang belum di defenisikan
– Link-Local Unicast dengan bit awal 1111 1110 10 (FE80::/10)
– Site-Local Unicast Addresses dengan bit awal 1111 1110 11 (FEC0::/10)
– Multicast Addresses : dengan bit awal 1111 1111 (FF00::/8)
– ::8 diperuntukkan bagi pengalamatan yang belum di defenisikan
Detail ketentuan alokasi IPv6 dari IANA, selaku badan alokasi IP
seluruh dunia, alokasi IP untuk Registry (badan yang mengelola alokasi
IP untuk wilayah tertentu, misal APNIC untuk wilayah AsiaPasific), ISP,
Client (Site) serta LAN, saat ini adalah sebagai berikut :
– Registry (APNIC/RIPE/ARIN) mendapatkan alokasi : /23
– ISP mendapatkan alokasi : /32
– Site IPv6 (customer ISP) mendapatkan alokasi : /48
– LAN (customer) mendapatkan alokasi : /64
– ISP mendapatkan alokasi : /32
– Site IPv6 (customer ISP) mendapatkan alokasi : /48
– LAN (customer) mendapatkan alokasi : /64
Perhitungan jumlah IPv6 Address diperoleh melalui rumus : 2 ^ (128-bit prefix)
Contoh
alokasi IPv6 untuk client PT. IPVSIX JAYA : 2404:170:AAA0::/48
(128-48) (80)
– Jumlah IPv6 yang diperoleh : 2 ^ 80.
– Bisa dipecah menjadi :
– Jumlah IPv6 yang diperoleh : 2 ^ 80.
– Bisa dipecah menjadi :
2 x subnet /49 -> 2 x 2 ^ 79
2404:170:AAA0:0::/49
2404:170:AAA0:8::/49
2404:170:AAA0:8::/49
4 x subnet /50 -> 4 x 2 ^ 78
2404:170:AAA0:0::/50
2404:170:AAA0:4::/50
2404:170:AAA0:8::/50
2404:170:AAA0:C::/50
2404:170:AAA0:4::/50
2404:170:AAA0:8::/50
2404:170:AAA0:C::/50
8 x subnet /51 -> 8 x 2 ^ 78
2404:170:AAA0:0::/51
2404:170:AAA0:2::/51
2404:170:AAA0:4::/51
2404:170:AAA0:6::/51
2404:170:AAA0:8::/51
2404:170:AAA0:A::/51
2404:170:AAA0:C::/51
2404:170:AAA0:E::/51 dan seterusnya…
2404:170:AAA0:2::/51
2404:170:AAA0:4::/51
2404:170:AAA0:6::/51
2404:170:AAA0:8::/51
2404:170:AAA0:A::/51
2404:170:AAA0:C::/51
2404:170:AAA0:E::/51 dan seterusnya…
Pertanyaan & Jawaban :
Q : Kenapa 2404:170:AAA0:: adalah /48 ?
A : 2404:170:AAA0::/48 = 2404:0170:AAA0:0000:0000:0000:0000:0000/48
Sesuai dengan ketentuan sebelumnya IPv6 memiliki total 128 bit prefix.
Dan setiap pasang Octet (2404, misalnya) memiliki 16 bit.
Maka sampai pada AAA0 jumlah bit sudah mencapai 48 (16 x 3 pasang octet). Q : Berapa /48 diatasya dan sebelumnya ?
A : Sebelumnya adalah : 2404:170:AA9F::/48 (Hex, sesudah 9F adalah A0)
Setelahnya adalah : 2404:170:AAA1::/48 Q : Apakah 2404:170:AAA0::/48 dapat digabung (aggregate) dengan
2404:170:AAA1::/48 menjadi satu prefix /47, /46 ?
A : Dapat, aggregasi ini menghasilkan 2404:170:AAA0::/47 atau
2404:170:AAA0::/46 yang didalamnya juga termasuk :
– 2404:170:AAA2::/48
– 2404:170:AAA3::/48
A : 2404:170:AAA0::/48 = 2404:0170:AAA0:0000:0000:0000:0000:0000/48
Sesuai dengan ketentuan sebelumnya IPv6 memiliki total 128 bit prefix.
Dan setiap pasang Octet (2404, misalnya) memiliki 16 bit.
Maka sampai pada AAA0 jumlah bit sudah mencapai 48 (16 x 3 pasang octet). Q : Berapa /48 diatasya dan sebelumnya ?
A : Sebelumnya adalah : 2404:170:AA9F::/48 (Hex, sesudah 9F adalah A0)
Setelahnya adalah : 2404:170:AAA1::/48 Q : Apakah 2404:170:AAA0::/48 dapat digabung (aggregate) dengan
2404:170:AAA1::/48 menjadi satu prefix /47, /46 ?
A : Dapat, aggregasi ini menghasilkan 2404:170:AAA0::/47 atau
2404:170:AAA0::/46 yang didalamnya juga termasuk :
– 2404:170:AAA2::/48
– 2404:170:AAA3::/48
IPv6 pun mendukung system pengiriman packet data berbagai type diantaranya :
– Unicast (pengiriman paket data menggunakan unicast address hanya ke satu host),
– Multicast (pengiriman paket data menggunakan multicast address dari satu host ke banyak host)
– Broadcast (pengiriman paket data menggunakan broadcast address dari satu host ke beberapa host tertentu saja).
– Anycast (pengiriman paket data menggunakan anycast address ke host terdekat yang memiliki anycast address yang sama).
– Multicast (pengiriman paket data menggunakan multicast address dari satu host ke banyak host)
– Broadcast (pengiriman paket data menggunakan broadcast address dari satu host ke beberapa host tertentu saja).
– Anycast (pengiriman paket data menggunakan anycast address ke host terdekat yang memiliki anycast address yang sama).
Perbandingan panjang prefix (prefix-length) IPv4 dan IPv6 beserta jumlah IP.
v4 v6 Jumlah IP
/32 /128 1
/31 /127 2
/30 /126 4
/29 /125 8
/28 /124 16
/27 /123 32
/26 /122 64
/25 /121 128
/24 /120 256
/23 /119 512
/22 /118 1024
/21 /117 2048
/20 /116 4096
/19 /115 8192
/18 /114 16384
/17 /113 32768
/16 /112 65536
/15 /111 131072
/14 /110 262144
/13 /109 524288
/12 /108 1048576
/11 /107 2097152
/10 /106 4194304
/9 /105 8388608
/8 /104 16777216
/7 /103 33554432
/6 /102 67108864
/5 /101 134217728
/4 /100 268435456
/3 /99 536870912
/2 /98 1073741824
/1 /97 2147483648
/0 /96 4294967296 Lanjutan version 6. /95 8589934592
/94 17179869184
/93 34359738368
/92 68719476736
/91 1.37439E+11
/90 2.74878E+11
/89 5.49756E+11
/88 1.09951E+12
/87 2.19902E+12
/86 4.39805E+12
/85 8.79609E+12
/84 1.75922E+13
/83 3.51844E+13 dan seterusnya.
/32 /128 1
/31 /127 2
/30 /126 4
/29 /125 8
/28 /124 16
/27 /123 32
/26 /122 64
/25 /121 128
/24 /120 256
/23 /119 512
/22 /118 1024
/21 /117 2048
/20 /116 4096
/19 /115 8192
/18 /114 16384
/17 /113 32768
/16 /112 65536
/15 /111 131072
/14 /110 262144
/13 /109 524288
/12 /108 1048576
/11 /107 2097152
/10 /106 4194304
/9 /105 8388608
/8 /104 16777216
/7 /103 33554432
/6 /102 67108864
/5 /101 134217728
/4 /100 268435456
/3 /99 536870912
/2 /98 1073741824
/1 /97 2147483648
/0 /96 4294967296 Lanjutan version 6. /95 8589934592
/94 17179869184
/93 34359738368
/92 68719476736
/91 1.37439E+11
/90 2.74878E+11
/89 5.49756E+11
/88 1.09951E+12
/87 2.19902E+12
/86 4.39805E+12
/85 8.79609E+12
/84 1.75922E+13
/83 3.51844E+13 dan seterusnya.
PERHITUNGAN SUBNETTING
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary
yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya
semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address
umumnya dalam bentuk 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan
192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2
dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24
diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan
binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang
disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan
pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya
adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan
subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
|
|
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang
subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per
subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita
selesaikan dengan urutan seperti itu:
- Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
- Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
- Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.64
|
192.168.1.128
|
192.168.1.192
|
Host Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.65
|
192.168.1.129
|
192.168.1.193
|
Host Terakhir
|
192.168.1.62
|
192.168.1.126
|
192.168.1.190
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.63
|
192.168.1.127
|
192.168.1.191
|
192.168.1.255
|
Kita sudah selesaikan
subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi
untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet
mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di
bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask
lainnya.
Subnet Mask
|
Nilai CIDR
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.255.255.252
|
/30
|
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan
mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet
mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti
dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan
karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang
“dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama
persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan
langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di
oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet
kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga
berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
|
|
Ok, kita coba dua soal
untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang
menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network
address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
- Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
- Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.64.0
|
172.16.128.0
|
172.16.192.0
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.64.1
|
172.16.128.1
|
172.16.192.1
|
Host Terakhir
|
172.16.63.254
|
172.16.127.254
|
172.16.191.254
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.63.255
|
172.16.127.255
|
172.16.191.255
|
172.16..255.255
|
Berikutnya kita coba
satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR
/25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
- Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
- Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.0.128
|
172.16.1.0
|
…
|
172.16.255.128
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.0.129
|
172.16.1.1
|
…
|
172.16.255.129
|
Host Terakhir
|
172.16.0.126
|
172.16.0.254
|
172.16.1.126
|
…
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.0.127
|
172.16.0.255
|
172.16.1.127
|
…
|
172.16.255.255
|
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET
mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir),
kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3
dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan
untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai
/30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
- Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
- Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
10.0.0.0
|
10.1.0.0
|
…
|
10.254.0.0
|
10.255.0.0
|
Host Pertama
|
10.0.0.1
|
10.1.0.1
|
…
|
10.254.0.1
|
10.255.0.1
|
Host Terakhir
|
10.0.255.254
|
10.1.255.254
|
…
|
10.254.255.254
|
10.255.255.254
|
Broadcast
|
10.0.255.255
|
10.1.255.255
|
…
|
10.254.255.255
|
10.255.255.255
|
Catatan: Semua
penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP
Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan
juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan
IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default
(meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip
subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta
soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah
Subnet = 2x – 2
Berikut Gambar Subnetting secara fisik :
Sumber : Sukoco, Heru. 2004. Teknik Subnetting dalam Modul Perkuliahan. IPB.
0 komentar:
Posting Komentar