widgets

Rabu, 28 Januari 2015

Teknik Subnetting

Untuk memahami Teknik Subnetting, baiknya diperhatikan Format Datagram IP berikut ini.
Format Datagram IP 2
Sumber Gambar : Sukoco, H ( 2008).
Beberapa parameter penting yang harus diperhatikan dalam Teknik Subnetting adalah sebagai berikut :
Time To Live (TTL), Menentukan jumlah host maksimum yang masih dapat dilalui oleh IP datagram. Ini berfungsi untuk mencegah adanya infinite loop karena kesalahan routing. TTL merupakan parameter penting dalam konsep hubungan komunikasi Connectionless.
  • Source Address, Nomor alamat IP dari komputer yang mengirimkan datagram.
  • Destination Address, Nomor alamat IP dari komputer yang merupakan tujuan akhir datagram.
Fakta bahwa jumlah alamat IPv4 terbatas, sedangkan penggunaan alamat IP saat ini ‘bombastis’, memotivasi The Internet Assigned Numbers Authority (IANA) mencadangkan 3 blok ruang alamat IP berikut ini untuk digunakan sebagai alamat internet private:
  • Kelas A : 10.0.0.0         –   10.255.255.255  (10/8 prefix)
  • Kelas B : 172.16.0.0     –   172.31.255.255  (172.16/12 prefix)
  • Kelas C : 192.168.0.0   –   192.168.255.255 (192.168/16 prefix)
Sebuah Network dapat dibagi menjadi beberapa Sub-Network, dengan seolah melakukan pemindahan “garis pemisah” antara bit-bit  network dengan bit-bit host dg mengubah masking. ( Ingat, 32 bit IPv4 terdiri atas bit netid dan bit hostid). Sejumlah bit pada kelompok bit host dialihkan menjadi bit-bit network. Proses ini disebut dengan teknik Subnetting.
Mengapa subnetting? Efisiensi (penghematan) penggunaan IP Address karena keterbatasan ip publik. Terlihat adanya pendelegasian kekuasaan untuk pengaturan IP Address kepada Administrator jaringan lokal. Subnetting juga mengatasi masalah perbedaan hardware dan topologi fisik jaringa, mencakup masalah Teknologi yang berbeda, Keterbatasan teknologi, Kongesti pada jaringan dan Hubungan Point-to-Point.
Teknik Subnetting menggunakan subnetmask. Format subnetmask sama dengan format IP Address ( 32 bit ). Bit-bit IP Address yang dimasking akan dianggap sebagai bit-bit network.Level masking ( operasi AND ) pada umumnya dinyatakan dengan jumlah bit.
Contoh Subnet Mask :
Subnet Mask (Biner)
Desimal
Hexa
Tingkat
11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
FF.FF.00.00
16 bit
11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0
FF.FF.FF.00
24 bit
11111111.11111111.11111111.10000000
255.255.255.128
FF.FF.FF.80
25 bit
11111111.11111111.11111111.11000000
255.255.255.192
FF.FF.FF.C0
26 bit
11111111.11111111.11111111.11100000
255.255.255.224
FF.FF.FF.E0
27 bit

SUBNETTING PADA IPv6
Layaknya IPv4, IPv6 juga memenuhi kebutuhan CIDR/VLSM yang memungkinkan untuk pembagian dan pengalokasian IPv6 menjadi lebih spesifik untuk di routingkan secara kesatuan.
IPv6 juga memiliki kelas sebagaimana IPv4 diantaranya (Sumber IANA):
– Aggregatable Global Unicast Addresses dengan bit awal 001 (2000::/3)
– Link-Local Unicast dengan bit awal 1111 1110 10 (FE80::/10)
– Site-Local Unicast Addresses dengan bit awal 1111 1110 11 (FEC0::/10)
– Multicast Addresses : dengan bit awal 1111 1111 (FF00::/8)
– ::8 diperuntukkan bagi pengalamatan yang belum di defenisikan
Detail ketentuan alokasi IPv6 dari IANA, selaku badan alokasi IP seluruh dunia, alokasi IP untuk Registry (badan yang mengelola alokasi IP untuk wilayah tertentu, misal APNIC untuk wilayah AsiaPasific), ISP, Client (Site) serta LAN, saat ini adalah sebagai berikut :
– Registry (APNIC/RIPE/ARIN) mendapatkan alokasi : /23
– ISP mendapatkan alokasi : /32
– Site IPv6 (customer ISP) mendapatkan alokasi : /48
– LAN (customer) mendapatkan alokasi : /64
Perhitungan jumlah IPv6 Address diperoleh melalui rumus : 2 ^ (128-bit prefix)
Contoh
alokasi IPv6 untuk client PT. IPVSIX JAYA : 2404:170:AAA0::/48
(128-48) (80)
– Jumlah IPv6 yang diperoleh : 2 ^ 80.
– Bisa dipecah menjadi :
2 x subnet /49 -> 2 x 2 ^ 79
2404:170:AAA0:0::/49
2404:170:AAA0:8::/49
4 x subnet /50  -> 4 x 2 ^ 78
2404:170:AAA0:0::/50
2404:170:AAA0:4::/50
2404:170:AAA0:8::/50
2404:170:AAA0:C::/50
8 x subnet /51 -> 8 x 2 ^ 78
2404:170:AAA0:0::/51
2404:170:AAA0:2::/51
2404:170:AAA0:4::/51
2404:170:AAA0:6::/51
2404:170:AAA0:8::/51
2404:170:AAA0:A::/51
2404:170:AAA0:C::/51
2404:170:AAA0:E::/51 dan seterusnya…
Pertanyaan & Jawaban :
Q : Kenapa 2404:170:AAA0:: adalah /48 ?
A : 2404:170:AAA0::/48 = 2404:0170:AAA0:0000:0000:0000:0000:0000/48
Sesuai dengan ketentuan sebelumnya IPv6 memiliki total 128 bit prefix.
Dan setiap pasang Octet (2404, misalnya) memiliki 16 bit.
Maka sampai pada AAA0 jumlah bit sudah mencapai 48 (16 x 3 pasang octet).
Q : Berapa /48 diatasya dan sebelumnya ?
A : Sebelumnya adalah : 2404:170:AA9F::/48 (Hex, sesudah 9F adalah A0)
Setelahnya adalah : 2404:170:AAA1::/48
Q : Apakah 2404:170:AAA0::/48 dapat digabung (aggregate) dengan
2404:170:AAA1::/48 menjadi satu prefix /47, /46 ?
A : Dapat, aggregasi ini menghasilkan 2404:170:AAA0::/47 atau
2404:170:AAA0::/46 yang didalamnya juga termasuk :
– 2404:170:AAA2::/48
– 2404:170:AAA3::/48
IPv6 pun mendukung system pengiriman packet data berbagai type diantaranya :
– Unicast (pengiriman paket data menggunakan unicast address hanya ke satu host),
– Multicast (pengiriman paket data menggunakan multicast address dari satu host ke banyak host)
– Broadcast (pengiriman paket data menggunakan broadcast address dari satu host ke beberapa host tertentu saja).
– Anycast (pengiriman paket data menggunakan anycast address ke host terdekat yang memiliki anycast address yang sama).
Perbandingan panjang prefix (prefix-length) IPv4 dan IPv6 beserta jumlah IP.
v4 v6       Jumlah IP
/32 /128 1
/31 /127 2
/30 /126 4
/29 /125 8
/28 /124 16
/27 /123 32
/26 /122 64
/25 /121 128
/24 /120 256
/23 /119 512
/22 /118 1024
/21 /117 2048
/20 /116 4096
/19 /115 8192
/18 /114 16384
/17 /113 32768
/16 /112 65536
/15 /111 131072
/14 /110 262144
/13 /109 524288
/12 /108 1048576
/11 /107 2097152
/10 /106 4194304
/9 /105 8388608
/8 /104 16777216
/7 /103 33554432
/6 /102 67108864
/5 /101 134217728
/4 /100 268435456
/3 /99 536870912
/2 /98 1073741824
/1 /97 2147483648
/0 /96 4294967296
 
Lanjutan version 6.
 
/95 8589934592
/94 17179869184
/93 34359738368
/92 68719476736
/91 1.37439E+11
/90 2.74878E+11
/89 5.49756E+11
/88 1.09951E+12
/87 2.19902E+12
/86 4.39805E+12
/85 8.79609E+12
/84 1.75922E+13
/83 3.51844E+13 dan seterusnya.

PERHITUNGAN SUBNETTING
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya dalam bentuk 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
 SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
 SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.64.0
172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.64.1
172.16.128.1
172.16.192.1
Host Terakhir
172.16.63.254
172.16.127.254
172.16.191.254
172.16.255.254
Broadcast
172.16.63.255
172.16.127.255
172.16.191.255
172.16..255.255
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
172.16.255.128
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.0.129
172.16.1.1
172.16.255.129
Host Terakhir
172.16.0.126
172.16.0.254
172.16.1.126
172.16.255.254
Broadcast
172.16.0.127
172.16.0.255
172.16.1.127
172.16.255.255
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
10.254.0.0
10.255.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
10.254.0.1
10.255.0.1
Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
10.254.255.254
10.255.255.254
Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
10.254.255.255
10.255.255.255
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
 Berikut Gambar Subnetting secara fisik :
subnetting secara fisik
Sumber : Sukoco, Heru. 2004. Teknik Subnetting dalam Modul Perkuliahan. IPB.

Ditulis Oleh : Unknown // 07.21
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

About

xxx